Rubrik
Berita Utama
Foto dan Komik
Hiburan
Iptek
Keluarga
Latar
Internasional
Naper
Olahraga
Seni & Budaya
Surat Pembaca
Berita Yang lalu
English
Info Otonomi
Tentang Kompas
Kontak Redaksi

 

 

Latar
Minggu, 20 Oktober 2002

Stuttgart: Berawal dari Kandang Kuda

Oleh: Wahyuni Kamah

IBU kota negara bagian Baden Wuerttemberg, Stuttgart, saat ini sibuk bersolek. Kota kedelapan terbesar di Jerman ini memiliki hajat cukup penting. Stuttgart sedang bersiap-siap menyambut Piala Dunia 2006 karena Stadion Daimler yang megah di Stuttgart akan menjadi salah satu penyelenggara pertandingan sepak bola dunia saat Jerman menjadi tuan rumah. Yang lebih penting lagi, pada tahun 2012, saat Jerman kembali menjadi tuan rumah Olimpiade musim panas, di Stuttgart-lah api Olimpiade akan disulut. Dapat dibayangkan betapa sibuknya bila dua perhelatan olahraga besar bertaraf internasional akan diadakan di kota berpenduduk 588.000 jiwa ini.

Meskipun sibuk membangun, Stuttgart tidak kehilangan kesan "hijau"-nya. Dengan topografinya yang sangat khas, Stuttgart tetaplah kota yang nyaman dikunjungi, terletak di lembah dan dikelilingi deretan rumah-rumah dan lahan-lahan anggur di tebingnya. Pemandangan hijau ini tampak jelas bila kita berada di jantung kota. Selain itu, kota dengan luas kurang lebih 400 kilometer persegi ini memiliki sekitar 11 taman hijau yang tersebar di penjuru kota.

Hal itu cukup kontras dengan kenyataan bahwa Stuttgart juga kota industri yang sangat berpengaruh. Industri mobil Mercedes, Porsche, dan mesin Bosch mengawali dan mengembangkan industrinya di kota ini. Dapat dikatakan Daimler (sekarang Daimler-Chrysler) yang memproduksi Mercedes merupakan pabrik mobil tertua di dunia.

Industri pula yang membuka Stuttgart menjadi kota internasional dengan datangnya tenaga kerja dari Italia, Turki, negara-negara Eropa Timur, dan juga beberapa negara Afrika.

Namun, kota yang hancur oleh bom Sekutu pada Perang Dunia II ini bukan semata-mata kota industri. Dia juga kota seni dan budaya. Di kota inilah filsuf brilian Hegel dilahirkan dan rumahnya sekarang menjadi museum yang memamerkan karya dan riwayat karirnya. Di Stuttgart pula Schiller, pujangga kawakan Jerman, pernah tinggal dan berkarya. Warga Stuttgart membangun patung sang pujangga untuk menghormatinya dan pelataran tempat patung didirikan dinamakan Schillerplatz.

Peternakan kuda

Saat musim panas, Stuttgart sangat penuh warna. Agenda kota padat, berbagai pertunjukan seni, musik, atau pameran terjadwal di berbagai museum, galeri, dan pusat seni.

Bila cuaca cerah, taman-taman kota yang bertebaran di Stuttgart ramai oleh warga kota dan wisatawan. Di sana, mereka menikmati udara cerah, bersantai, membaca buku, bercengkrama, bahkan berkencan.

Pusat kota atau Innenstadt berada di jantung kota dan berjarak hanya beberapa ratus meter dari stasiun kereta antarkota Stuttgart dan tepat berada di stasiun trem dalam kota (stadtbahn) Schlossplatz. Gedung-gedung bersejarah, museum, pusat seni, perpustakaan, galeri, pusat belanja, dan pertokoan terletak saling berdekatan dan dapat dicapai dengan berjalan kaki bila cuaca baik.

Nama Stuttgart tak bisa dilepaskan dari sejarahnya sebagai tempat peternakan kuda pada abad ke-10. Dari kata stutengarten, stute (kuda betina) dan garten (kebun), inilah nama Stuttgart berasal. Peninggalan stutengarten dapat dilihat di Altes Schloss.

Stuttgart mendapatkan status kota pada abad ke-13 dan berkembang ketika Count of Wurttemberg menjadikan Old Palace sebagai kediamannya. Kuda hitam menjadi lambang Kota Stuttgart, bahkan perusahaan Porsche pun memakainya sebagai simbol.

Old Palace sekarang menjadi Museum Baden Wuerttemberg yang menyimpan dan memeragakan peninggalan sejak zaman Paleolitikum hingga Romawi. Bangunan berlantai tiga ini memiliki inner court dengan balkon terbuka dan luas di setiap lantai. Arsitekturnya bergaya Renaisans. Di Old Palace juga terdapat gereja Protestan pertama di Jerman Selatan yang tidak rusak ketika Stuttgart dibom sehingga dekorasi serta arsitektur asli gereja abad ke-16 masih dapat dilihat di gereja ini.

Bangunan monumental lain adalah New Palace atau Neues Schloss yang jaraknya beberapa meter dari Old Palace. Neues Schloss yang sangat megah ini terletak di tengah kota di kawasan Schlossplatz. Dibangun pada abad ke-19 dan tidak usai sekaligus, Neues Schloss pernah ditangani arsitek Perancis sehingga arsitekturnya mencerminkan gaya Perancis. Sekarang Neues Schloss menjadi kompleks kantor departemen keuangan dan departemen kebudayawan dan pendidikan Baden Wuerttemberg yang modern. Bila kita berdiri di tengah-tengah halamannya dan menghadap Neues Schloss dari kejauhan tampak jelas lahan hijau serta rumah-rumah yang mengelilingi Stuttgart.

Masih di kawasan Schlossplatz, bagi penggemar seni, House of Art, galeri seni Kota Stuttgart, adalah tempat masyarakat seniman berpangkal sekaligus memamerkan karya-karyanya. Di sebelah barat Schlossplatz terdapat Koenigsbau, gedung panjang seperti lorong bergaya Paris dengan tulisan Boerse di atasnya. Gedung yang dibangun pada pertengahan abad ke-19 ini adalah Pasar Bursa Baden Wuerttemberg yang sekarang sudah pindah ke tempat lain.

Sulit menemukan bangunan asli di Stuttgart karena 90 persen Kota Stuttgart hancur saat Perang Dunia II. Tidak heran, hampir semua bangunan bersejarah atau tua di Stuttgart adalah hasil rekonstruksi, kecuali Opera House Stuttgart yang sekarang juga sedang direnovasi sebagian.

Berjalan lebih ke selatan adalah Schillerplatz. Saat musim panas, tiga kali seminggu pelataran ini berubah menjadi pasar tradisional yang menyediakan aneka buah, bunga, dan sayuran segar subtropis. Tentu saja, harganya sedikit lebih mahal dibandingkan dari di pasar swalayan.

Di Schillerplatz terdapat Fruchtkasten yang pada abad ke-17 menjadi gudang buah dan sekarang berfungsi sebagai museum alat musik. Bersebelahan dengan Fruchtkasten adalah Stiftkirche, gereja tertua dan terpenting di kota Stuttgart yang dibangun pada abad ke-12. Warisan Gotik tampak pada arsitektur gereja yang sedang dipugar ini. Menariknya, di sekitar gereja itu tidak boleh ada bangunan yang tingginya melebihi menara gereja setinggi 61 meter dan itu masih dipatuhi hingga sekarang.

Cuci mata

Bukan hanya bangunan tua yang ditemukan di Stuttgart, melangkahlah ke Konrad Adeneur Strasse yang dikenal sebagai the street of the culture. Di antara bangunan-bangunan tua seperti Staatsgalerie yang menyimpan karya Picasso di Jerman dan Perpustakaan Wilhelmspalais, terdapat bangunan berarsitektur post-modern yang sedang dibangun. Bangunan memukau yang dinamakan Neue Staatsgallerie ini dirancang arsitek asal Inggris James Stirling. Konon, warga Stuttgart yang masih men-yukai arsitek kuno kurang menyambut model bangunan abad ke-21 tersebut. Kammertheater, Sekolah Tinggi Musik, Perpustakaan Negara Bagian Baden Wuerttemberg hanya beberapa meter jaraknya satu sama lain.

Bagi yang senang cuci mata, Koenigstrasse tidak boleh dilewatkan. Di kiri-kanan jalan khusus pejalan kaki ini terdapat berbagai toko yang ditata elegan yang menjual barang-barang bermerek internasional ataupun Jerman, selain restoran, kedai es krim, kebab, serta beragam roti tentunya.

Hari Sabtu, Koenigstrasse sangatlah padat dengan warga kota dan wisatawan yang datang berbelanja atau sekadar jalan-jalan, karena hari Minggu semua toko tutup. Restoran, kafe, atau kedai makanan terbuka yang bertebaran di beberapa sudut ramai dikunjungi para pejalan kaki. Namun, saat bersantap tidak ada gangguan sama sekali dari para pengamen, karena para seniman jalanan beraksi di tempat-tempat tertentu, baik badut, pantomim, pelukis, maupun kelompok kecil penyanyi.

Pejalan kaki pun dibuat nyaman. Setiap beberapa meter di sepanjang 1,2 kilometer disediakan tempat duduk yang berpayung pohon rimbun. Di situlah biasanya para pejalan kaki, pembelanja, dan juga pekerja istirahat sejenak melepas lelah.

Wahyuni Kamah Pelancong, sedang berada di Jerman.

Search :
 
 

Berita Lainnya :

Dari Babi Expres ke Sari Club

Kayu Api, Masa Lalu Tak Akan Kembali...

Stuttgart: Berawal dari Kandang Kuda



 

 

Design By KCM
Copyright © 2002 Harian KOMPAS