Dua belas tahun lalu, saya sengaja bertandang ke Kupang, untuk melihat-lihat situasi di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tersebut. Begitu mendarat di kota yang terletak di Pulau Timor itu, saya disambut dengan gedung bandaranya yang kecil dan sederhana. Atap-atapnya yang tinggi mengerucut menandakan arsitektur khas NTT. Di dekat landasan bertengger struktur berbentuk sasando, alat musik tradisional dari Pulau Rote, NTT. Suasananya terbilang tenang untuk sebuah bandara.

Dari Bandara El Tari ke hotel tempat saya menginap saya menyewa mobil bandara karena saat itu belum ada taksi online. Saya tidak ingat membayar berapa. Yang jelas, jalan rayanya mulus beraspal beton dengan tepian jalannya berbatu cadas. Jalan raya tidak ramai dengan kendaraan, gedang-gedungnya pun tidak terlalu banyak.

Karena itu, ketika baru-baru ini saya mengunjungi Kota Kupang lagi, saya cukup terkejut dengan perkembangannya yang luar biasa, terutama penambahan jumlah kendaraan yang lalu-lalang di jalan raya, demikian juga penambahan gedung, kantor-kantor bisnis, hotel, dan pusat pertokoan. Jumlah penduduknya pun tampak lebih banyak. Tentu saja, bandaranya sekarang pun sudah jauh lebih besar dan mentereng. Yang jelas, Kota Kupang lebih semarak dibandingkan ketika saya kunjungi tahun 2013.
Pada tahun itu pula saya mengunjungi Gua Kristal yang terletak di Desa Bolok, Kecamatan Kupang Barat. Tapi, baik pengemudi maupun orang setempat tidak ada yang tahu titiknya ketika saya sudah tiba di lokasi. Di lokasi, yang saya lihat hanyalah hamparan tanaman perdu yang tumbuh di atas bebatuan cadas.

Ada dua orang setempat yang saya tanya, tak satu pun yang tahu titik lokasinya. Baru ketika bertemu seorang anggota polisi ia malah mengantarkan saya ke titik lokasi Gua Kristal. Saat itu, Gua Kristal benar-benar masih tersembunyi, tidak ada petunjuk jalan apalagi jalan setapak khusus. Jalan menuju Gua melalui rerumputan dan tanaman perdu yang tumbuh di atas bebatuan karang.
Mulut Gua juga terhalang dengan batu-batu cadas besar. Pantas saja banyak yang tidak tahu, karena mulut gua yang berada di balik bebatuan karang itu tampak samar.

Ditemani anggota polisi tersebut dan pengemudi yang mengantar saya, saya sempat melongok ke dasar gua yang tampak gelap. Semburan sinar dari mulut gua cukup memberikan cahaya untuk melihat air yang ada di kolam di bawahnya.

Sinar yang terbersit dari mulut gua memantul di atas air kolam yang berada di dasar. Tampak airnya sangat tenang. Saya mengurungkan diri untuk turun karena tidak membawa senter dan melihat karangnya yang begitu besar serta tidak beraturan saya berpikir dua kali untuk turun ke bawah.

Sekarang, Gua Kristal telah banyak berubah. Di lokasi yang dulu berupa hamparan perdu dan rumput sudah dibangun rumah-rumah. Saya terkejut juga melihat perubahan itu karena pernah melihat keadaan sebelumnya. Pemandangannya tidak sesepi dulu lagi. Selain itu, sudah ada tanda petunjuk ke arah Gua.

Jalan menuju Gua pun sudah disemen rapih. Kata anak-anak yang biasa menemani pengunjung, jalan tersebut dibangun oleh Polairud Polda NTT yang markasnya tidak jauh dari lokasi Gua Kristal. Lokasi sudah cukup tertata dan pepohonan yang tumbuh juga sudah rindang. Suasana terlihat lebih hijau.

Di mulut Gua juga sudah dipasang papan tanda lokasi. Pepohonan yang dulu belum banyak tumbuh di sekitar mulut gua sekarang sudah rimbun.

Yang menyenangkan, bongkahan batu-batu cadas di dalam gua telah dipoles dengan semen agar membentuk anak tangga sampai turun ke kolam di bawah gua, meskipun sebagian batu dibiarkan alami. Keadaan itu sangat berbeda ketika saya pertama kali lihat pada 2013. Jarak dari mulut gua ke kolam di bawah kurang lebih 20 meter. Namun, jangan membayangkan anak tangganya beraturan.

Begitu sampai di dasar gua terlihat hamparan kolam yang airnya demikian bening hingga dasarnya terlihat. Percikan cahaya dari mulut gua memberikan sedikit penerangan. Tidak sabar. Byur! Saya pun menceburkan diri ke dalam kolam yang kedalamannya kurang lebih 8 meter itu. Di bagian tepi kolam terdapat batu-batu besar yang dapat dipakai sebagai pijakan. Dengan cahaya senter, air kolam memang tampak sebening kristal. Temperatur air kolam tidak sedingin perkiraan saya, cukup hangat jadi sangat menyegarkan di kulit. Air terasa sedikit payau.
Saya ditemani anak-anak yang tinggal di dekat gua. Gua tersebut menjadi tempat bermain mereka sehari-hari. Tampak sekali kalau mereka sudah mengenal medan gua. Dalam keadaan hujan atau pun panas, mereka tidak ada kekhawatiran untuk berenang di kolam gua. “Jika di luar hujan, air tetap bening dan di dalam tidak kehujanan,” ujar mereka. Dalam keadaan air pasang, permukaan air akan naik sekitar 40 cm, dan tetap saja jernih.
Air di dalam gua terhubung dengan laut secara tidak langsung. Air tersebut berasal dari rembesan air laut yang masuk melalui saluran celah-celah gua batuan karst. Batuan karst tersebut menyaring air laut yang masuk sehingga menjadi payau dan amat bening dengan nuansa biru torquise jika terpendar cahaya. Jarak dari gua ke laut kurang lebih 250 meter.

Sensasi berenang di air yang jernih dengan suhu yang pas itu sungguh menyegarkan. Tidak heran, pengunjung Gua Kristal bukan saja wisatawan dalam negeri tapi juga manca negara. Sama seperti saya, mereka pasti merasakan keasyikan bermain air di kolam yang bening dan menyegarkan.
Sebetulnya saya ingin berlama-lama berendam di kolam Gua Kristal, tapi ada tempat lain yang ingin saya kunjungi di wilayah Kupang. Setelah kurang lebih satu jam berendam, saya pun naik dalam keadaan badan yang segar-bugar tentunya.
Asset Warga
Mereka yang suka air jangan melewatkan berenang di kolam alami Gua Kristal, bila berkunjung ke Kupang. Airnya sungguh menyegarkan badan.
Yang perlu diperhatikan adalah menjaga kebersihan Gua Kristal terutama di mulut gua. Perlu disediakan tempat sampah agar pengunjung tidak sembarangan membuang bungkus makanan di dalam gua atau pun di dekat kolam. Adanya sampah fapat menghilangkan selera pengunjung untuk masuk ke dalam gua dan berenang di kolam. Gua Kristal adalah asset penting bagi warga sekitar yang mengelolanya secara swadaya, karena itu perlu dijaga dan dipelihara.
Info Praktis:
- Lokasi: Gua Kristal terletak sekitar 18 kilometer di barat daya Kota Kupang, dapat dijangkau dalam waktu kurang lebih 30 menit.
- Parkir: Tersedia tempat parkir di dekat pintu masuk menuju Gua Kristal dengan biaya parkir sekitar Rp 5000.
- Biaya Berenang: Rp 10,000 per orang (untuk wisatawan lokal) yang dibayar langsung kepada penjaga goa (tanpa karcis).
- Pemandu: Ada pemandu lokal.
- Waktu Terbaik untuk Berenang: Pukul 11.00 – 13.00, ketika sinar matahari masuk ke dalam goa dan memberikan penerangan alami yang memukau.
- Sewa Senter: Tersedia penyewaan senter dari penjaga goa dengan biaya Rp 100.000.
- Fasilitas: Tidak ada tempat ganti pakaian khusus, tetapi rumah penduduk dekat area parkir sering menyediakan ruang ganti. Sebaiknya, datang sudah mengenakan pakaian renang.