Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Keindahan Lembata yang Tiada Tara

Tentang Lembata

Bercerita tentang keindahan Pulau Lembata , salah satu pulau di Provinsi Nusatenggara Timur, adalah bercerita tentang langitnya yang biru dan lapang, tentang lautnya yang bening biru kehijauan, tentang padang sabananya yang membentang, tentang bukit dan gunungnya yang menyapa di setiap kelokan, tentang senjanya yang gemilang, dan tentu saja, tentang warganya yang ramah dan selalu berbesar hati.

Keelokan Pulau Lembata memang belum tersohor seperti pulau-pulau wisata lain di Nusantara.  Pesonanya seperti disembunyikan.  Hanya mereka yang bersedia bermandi matahari sambil mendaki bukit-bukitnya, tanpa gentar menyusuri pantai karangnya yang tajam, atau pun menebas padang sabana yang dirimbuni rumput-rumput berduri yang dapat menyaksikan kecantikan Lembata yang sesungguhnya

Pahangwaq

Senja yang Tak Terlupa

Kecantikan warna cakrawala menjadi lebih syahdu manakala pemandangan itu beradu dengan keheningan dan terpaan angin senja di bukit atau bibir pantai. Di manakah tempat-tempat untuk memandang senja yang indah? Di sepanjang sisi barat Pulau Lembata karena di sanalah mata dapat menatap dekat Ile Boleng, gunung api di Pulau Adonara, si tetangga Lembata. Di balik punggungnya, sang surya biasa lamat-lamat turun sampai akhirnya menghilang dari pandangan.

Nubatukan

Sabana yang Mempesona

Dari semua keindahan, senja di Lembata adalah pemandangan yang paling tak terlupa. Lukisan alam tersebut berubah setiap harinya, setiap senja selalu istimewa  lebih-lebih jika disaksikan di bibir pantai atau pun puncak bukit. Perpaduan jingga, biru, dan kelabu menjelang dan setelah tenggelamnya matahari adalah keindahan yang bahkan tangkapan lensa kamera sekali pun tidak dapat  merekamnya dengan sempurna.

Ile Buleng saat senja

Bukit-bukit hijau dengan ekosistem sabana yang membentang adalah pemandangan yang biasa di Lembata.  Padang sabana hijau itu dipayungi langit biru dan menjadi obat mata bagi mereka yang tinggal di kota besar dengan langitnya yang sering dirundung asap.

Tanjung Baja

Kering dan panas adalah ciri dari ekosistem sabana.  Sabana di Lembata sebagian besar membentang di bukit-bukit cadas. Di bebatuan cadas itu, hanya hamparan rumput rindang berduri tajam yang tumbuh. Di siang hari yang terik hewan-hewan ternak sekali pun malas untuk merumput di situ.

Sabana Wade

Dalam hitungan hari, bulan, bahkan tahun jarang ada orang yang menginjakkan kaki di sabana yang terik itu. Hanya hujan dan matahari yang berinteraksi dengannya. Kala musim panas membakar selama berbulan-bulan, padang sabana menjadi kecoklatan dan kering-kerontang, tapi tetap saja terlihat cantik. Ketika air hujan mulai menitik di sela-sela bebatuan, bukit-bukit tandus itu pun perlahan mulai berubah warna. Rumput-rumput kering yang coklat kembali menjadi hijau segar.  Apa pun warnanya, sabana di bukit-bukit di Lembata senantiasa indah.

Nabatukan

Pantai yang Kaya

Pantai-pantai di Lembata demikian istimewa terutama dari letaknya, yang boleh dibilang jarang ditemukan di tempat lain.  Tidak sedikit bukit sabana bersanding dengan pantai yang memberikan perpaduan warna yang elok, hijau yang cerah dan biru yang segar.

Nahunera

Bukan itu saja, banyak juga pantai batu karang yang cantik. Ada pantai yang untuk menjangkaunya pengunjung harus berjuang dengan menapaki jalur cadas yang tajam, memanjat bebatuan, yang semua usaha itu akhirnya terbayar ketika sampai di pantainya. Pantai Pahangwaq yang berdinding cadas merah dipadu dengan laut berwarna hijau tosca adalah pemandangan yang boleh dibilang jarang ditemukan di tempat lain.  Dan yang teristimewa, pantai-pantai itu serasa milik pribadi sebab sejauh mata memandang yang terlihat hanyalah garis pantai. Pantai berbatu cadas itu bukanlah pantai untuk berenang.

Pahangwaq

Namun ada pantai-pantai tertentu seperti Pantai Mingar atau Pantai Ohe yang aman untuk berenang.

Mingar

Kehidupan Desa yang Bersahaja

Kehidupan warga desa amat bersahaja. Seperti halnya orang-orang yang tinggal di desa, dari pagi hingga siang hari warga bekerja di kebun atau ladangnya. Adalah pemandangan biasa menyaksikan perempuan atau pun laki-laki yang memikul rumput untuk makanan hewan ternak mereka atau pun memanggul hasil kebun untuk keluarga mereka. Bagi warga desa berjalan kaki naik-turun bukit atau melewati hutan adalah kegiatan yang biasa, meskipun kendaraan bermotor sudah mulai menjadi alat transportasi.

Desa Lamaheku

Pada hari pasar, kehidupan di desa menjadi lebih sibuk dari biasanya. Pada hari itu terjadi pertukaran barang/barter antara mereka yang tinggal di gunung dan di pantai. Para penjual di pasar kebanyakan perempuan yang membawa hasil bumi atau produk rumahan mereka. Yang tinggal di gunung menukar hasil bumi mereka berupa umbi-umbian atau buah-buah dengan ikan yang ditawarkan oleh warga yang tinggal di pantai.

Pasar Barter

Paus dan Lamalera

Di luar sana Lembata dikenal dengan tradisi perburuan pausnya. Tradisi berburu paus adalah kearifan lokal dari warga Desa Lamalera yang sudah berlangsung turun-temurun.  Jika memahami tradisinya, kita tidak lagi memandangnya sebagai kegiatan penangkapan ikan semata, tapi ada nilai-nilai luhur yang dilakukan warga setempat. Sepertinya sudah terjadi percakapan antara warga Desa Lamalera dan hewan-hewan di laut yang telah menghidupi mereka selama ratusan tahun.  Setiap tahun pada bulan Mei, warga Desa Lamalera akan menggelar upacara adat sebagai tanda musim tangkap ikan sudah tiba. https://www.mytrip.co.id/article/misa-lefa-di-lamalera-lembata-ntt

Desa Lamalera

Berbagi untuk Semua

Warga desa di Pulau Lembata masih menjunjung tinggi adat istiadat warisan leluhur mereka. Pada hari tertentu ketika warga desa mengadakan acara atau pesta adat, suasana menjadi lebih meriah. Seperti pada festival Lamaholot, warga desa yang mengikuti festival tersebut, tua-muda, mengenakan kain adat terbaiknya untuk mengikuti prosesi.

Festival Lamaholot


Acara tersebut selanjutnya ditutup dengan makan bersama. Hanya makanan terbaik yang disajikan untuk seluruh warga. Makanan tersebut diolah oleh para perempuan dari hasil bumi mereka sendiri. Masakan mereka tidak saja lezat tapi juga segar karena semua  bahan berasal dari kebun mereka, baru dipetik atau dari laut yang baru ditangkap. Pada suasana seperti itu, semua orang dapat menikmati makanan khas yang mungkin hanya keluar setahun sekali pada pesta adat.

Menu lokal dengan bahan organik

Bagaimana di Lembata?

Cuaca di Pulau Lembata secara umum panas dan kering, dan tempat-tempat yang indah itu dapat disaksikan jika cuaca cerah, jika anda tidak suka berpanas-panasan, mungkin Lembata bukan pilihan anda.

Senja di Adonara

Tempat-tempat cantik itu juga ditempuh melalui jalan yang sering kali sudah rusak berat atau bahkan belum ada. Jika anda suka cross-country, Lembata adalah tempat yang tepat, karena anda dapat merasakan menembus semak-semak padang sabana, padang rumput atau pun jalan berbatu dan tanah.

Sabana Wade

Di banyak tempat yang masih alami tersebut, kebutuhan MCK hanya dapat dilakukan dengan menumpang di rumah warga terdekat atau jika tidak ada, anda melakukannya di alam terbuka.

Jangan berharap mendapatkan pelayanan seperti di Ibukota, nikmati saja semua kelebihan dan kekurangannya, maka anda akan menikmati  Pulau Lembata secara sempurna.

Ile Lowotowok

Bagaimana ke Lembata?

Sudah ada penerbangan ke Ibukota Kabupaten Lowelab dari Kupang, Ibukota Nusatenggara Timur, dengan frekuensi tiga kali seminggu. Sementara perjalan ferry dapat ditempuh dari Kupang atau Larantuka dengan jadwal tertentu.

Bandara di Lewoleba

My Trip biasa mengadakan Open Trip ke Pulau Lembata.

Open trip Lembata dengan My Trip

Leave a Comment