Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Serial: Jejak Kerajaan Kediri, Singhasari, dan Majapahit. Bagian 3: Penataran Sang Penangkal Kelud

Prasasti Palah

Meskipun tidak ada catatan yang lengkap, diketahui bahwa Gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Jawa Timur sudah aktif sejak tahun 1000 Masehi. Letusannya menimbulkan mara bahaya dan sudah sering memakan banyak korban jiwa.  Peradaban yang dekat dengan Gunung Kelud ketika itu adalah Kerajaan Kediri.  

Pada abad ke-12, raja terakhir Kediri, Raja Kertajaya kalut dengan ancaman letusan gunung api yang dapat memporakporandakan negerinya dan menewaskan rakyatnya itu. Ia selalu dibayang-bayangi kengerian akan bencana akibat letusan Gunung Kelud.

Upacara untuk merendam letusan Gunung Kelud

Suatu ketika, letusan  Gunung Kelud tidak menyebabkan kerusakan yang parah. Raja pun terperangah.  Kabar angin menyebutkan bahwa amarah Gunung Kelud mereda karena seorang pandita  melakukan puja setiap hari di lerang gunung itu. Pandita tersebut bernama Mpu Ishwara Mapanji Jagwata.

Raja Kertajaya terkesima. Tempat tinggal si pandita lalu dijadikan sima (daerah yang bebas pajak) dan sang Raja meresmikannya menjadi tanah perdikan (tempat sakral untuk keagamaan).

Kompleks Candi Penataran terlihat dari ters candi induk di halaman ke-3.

Kejadian itu dituangkan di sebuah prasasti bertuliskan huruf Jawa Kuna yang berada di Desa Penataran, Kecamatan Ngelegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Lalu, Raja Kertajaya memerintahkan untuk membangun bangunan suci di tanah perdikan itu.

Tandhan krtajayayåhya / ri bhuktiniran tan pariksirna nikang sang hyang catur lurah hinaruhåra nika. (Kertajaya berbahagia dengan kenyataan tidak terjadi sirnanya empat penjuru dari bencana)”

“sdangnira Çri Maharaja sanityangkên pratidina i sira paduka bhatara palah” (Ketika dia Sri Maharaja senantiasa setiap hari berada di tempat Bathara Palah)

Prasasti tersebut selanjutnya dikenal dengan nama Prasasti Palah, dan bangunan candinya yang disebut Candi Palah menjadi tempat untuk melaksanakan puja kepada penguasa Gunung Kelud. Demikianlah Candi Palah dibangun untuk meredam amukan Gunung Kelud.

Prasasti Palah

Candi Penataran

Kompleks candi bercorak Hindu Shiva itu berada di lahan seluas hampir 13.000 meter persegi. Dari segi susunannya, menurut ahli sejarah dan arkeologi, kompleks candi itu disusun dengan pola linier yang tidak beraturan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa bangunan candi-candi yang ada di dalam kompleks tersebut tidak dibangun pada waktu bersamaan.

Kompleks Candi yang saat ini dikenal sebagai Candi Penataran menjadi kompleks candi terbesar di Jawa Timur. Kompleks tersebut terbagi menjadi tiga halaman: halaman pertama, halaman kedua, dan halaman ketiga, di mana bagian terdalam (halaman ketiga) menjadi bagian yang paling disucikan. Pola yang tidak beraturan itu menjadi ciri khas candi di Jawa Timur yang berkembang dari zaman Kerajaan Kediri hingga Kerajaan Majapahit, dan saat ini masih dapat dilihat pada pola tata letak pura-pura di Pulau Bali

Sebelum masuk ke dalam kompleks candi ada dua arca dwarapala di pintu gerbangnya. Arca dwarapala adalah sosok penjaga pintu dalam tradisi Hindu. Pada arca tersebut terdapat angka tahun yang mengacu pada masa Kerajaan Majapahit berkuasa.

Pendopo teras di halaman pertama kompleks candi.

Struktur yang mencolok dari halaman pertama adalah pendopo teras yang berbentuk persegi panjang. Pendopo teras diperkirakan untuk meletakaan sesaji dalam upacara keagamaan atau tempat peristirahatan raja dan kaum bangsawan.  Bangunan tersebut berangka tahun 1375 Masehi. Dinding pendopo teras dihiasi dengan relief kisah-kisah, di antaranya kisah Sri Tanjung yang terkenal.

Bangunan lain yang menonjol adalah Candi Candra Sengkala atau biasa disebut Candi Bravijaya, yang berangka tahun 1369. Di dalam biliknya terdapat arca Ganesha yang sudah aus, dan di langit-langitnya terdapat gambar Surya Majapahit yang juga sudah memudar.

Candi Candra Sendkala.

 Di halaman tengah terdapat  Candi Naga yang bentuknya menyerupai kubus. Sekeliling dinding candi dihiasi relief naga. Naga tersebut disangga oleh relief tokoh-tokoh yang memegang genta. Yang juga masih tertinggal di halaman tengah adalah pondasi bata yang diperkirakan sebagai pintu masuk.

Candi Naga yang dibangun semasa Kerahaan Singhasari.

Halaman ketiga yang letaknya lebih tinggi dari halaman kedua adalah bagian yang paling disucikan. Di sana terdapat candi induk ini terdiri dari tiga teras. Pada masing-masing sisi tangga, terdapat dua arca Mahakala. Mahakala merupakan perwujudan Dewa Shiva, sebagai penjaga pintu masuk bangunan suci Hindu atau candi. Pada dinding teras candi induk inilah terdapat relief kisah Ramayana (tentang Rama yang memerintah Kerajaan Kosala dan Kresnayana (Perjalanan Kresna kisah percintaan antara Kresna dan Dewi Rukmini). Berdasarkan angka tahun, candi induk yang sakral tersebut dibangun semasa Kerajaan Majapahit.

Arca Mahakala sang penjaga di candi induk yang dibangun semasa Kerajaan Majapahit.

Di halaman ketiga, ada juga candi kecil dari batu, tampaknya itulah candi yang pertama dibuat bersamaan dengan Prasasti Palah. Di halaman itu pula terdapat Prastasi Palah yang sudah buram.

Candi kecil yang diduga dibangun bersamaan dengan dibuatnya Prasasti Palah.


Di belakang kompleks candi terdapat sebuah kolam atau patirtan. Kolam tersebut dibangun saat pemerintahan Ratu Suhita dari Kerajaan Majapahit.   Dahulunya, fungsi kolam adalah tempat matirtha atau tempat menyucikan diri  sebelum melakukan puja dan yoga.

Kolam patirtan tempat penyucian.

Candi Penataran dan Majapahit

Setelah Kerajaan Kediri runtuh, kerajaan selanjutnya yang berkuasa di wilayah tersebut adalah Kerajaan Singhasari dengan Ken Angrok sebagai raja yang pertama. Raja terakhir Singhasari pada abad ke-13, Sri Kertanegara selanjutnya membangun Candi Naga di kawasan itu. Candi Naga berada di halaman ke-2 kompleks candi. Pembangunan candi tersebut masih terkait dengan mitigasi bencana. Berstruktur kubus, tembok candi itu dikelilingi oleh relief naga.  Relief naga pada dinding candi adalah simbol dari Naga Basuki yang menjadi tali untuk menahan Gunung Kelud. Basuki merupakan ular raksasa, salah satu ular suci dalam mitologi Hindu.

Candi Naga

Menyusul runtuhnya Kerajaan Singhasari, kompleks candi menjadi tidak terawat.  Kerajaan selanjutnya yang berkuasa adalah Kerajaan Majapahit. Menurut  Hariani Santiko, dalam tulisannya Candi Pantaran: Candi Kerajaan Masa Majapahit, Raja Majapahit yang  mulai membangun  Candi Penataran (candi induk di halaman ke-3) adalah raja kedua, Jayanagera, yang memerintah pada abad ke-14. Pembangunan dilanjutkan sampai dengan Ratu Suhita pada abad ke-15.  Hal tersebut diketahui dari angka tahun pada dua dwarapala di gerbang masuk Kompleks Candi Penataran, Candi Candra Sengkala, serta Candi Induk.  

Halaman ke-2 kompleks candi.

Dalam tulisannya, Hariani Santiko menyebutkan bahwa dalam naskah Sunda Kuna Bhujangga Manik yang berasal dari tahun 1500 Masehi, kompleks Candi Penataran dikunjungi banyak orang setiap hari untuk melaksanakan puja. Candi tersebut  juga menjadi tempat pendidikan agama yang dinamakan Kadewaguruan (kompleks pertapa yang dirancang khusus) atau Mandala yang dipimpin Dewaguru atau Siddharsi.

Candik Induk Penataran adalah pusat spiritual Kerajaan Majapahit dan menjadi candi kerajaan (State Temple) yang dibangun bertahap mulai dari Raja Jayanagara hingga Ratu Suhita.

Candi Penataran Kini

Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, nasib Candi Penataran juga ikut terbengkalai. Pada 1815, Raffles bersama Dr Horsfield, seorang naturalis Amerika yang bekerja di Indonesia pada abad ke 19, menemukan reruntuhan Candi Hindu di wilayah Penataran.  Penemuan itu dituliskannya dalam buku The History of Java. Setelah itu, banyak penelitian dilakukan  terhadap candi tersebut oleh berbagai ahli arkeologi dan sejarah. Pemugaran pertama Candi Penataran tercatat pada tahun 1917, seperti yang ditulis oleh arkeolog Belanda Perquin.

Reruntuhan Kompleks Candi Penataran ketika ditemukan kembali.

Tahun 2010, Kompleks Candi Penataran resmi menjadi Warisan Budaya Nusantara. Dengan statusnya tersebut, kompleks Candi Penataran selain menjadi tempat penelitian kepurbakalaan juga tempat wisata pendidikan dan kebudayaan.

Akses ke Candi Penataran terbilang mudah. Dari pusat Kota Blitar, lokasi candi berjarak 13 kilometer kurang lebih ke arah timur laut. Lokasinya tidak jauh dari Kantor Desa Penataran. Dari lahan parkir, pengunjung perlu berjalan kaki menuju ke pintu gerbang kawasan candi. Tidak dipungut biaya masuk tapi pengunjung perlu menuliskan namanya dan diperkenankan jika hendak memberikan donasi.

Kompleks Candi Penataran berada di kawasan pedesaan yang masih hijau. Jika berkunjung pada musim panas, perlu membawa topi atau pun payung karena kawasan candi terbuka. Tidak perlu khawatir kelaparan dan kehausan, sebab tersedia banyak warung di sekitar pintu gerbang.

Menuju Kawasan Candi Penataran dari Kota Blitar bisa dengan menyewa kendaraan online, mengingat angkutan desa sudah sangat minim atau bahkan tidak lagi beroperasi.

Leave a Comment